[ad_1]
(Siberkreasi, 30/07/2024) Siberkreasi mengadakan audiensi dengan Dirjen Aptika Kominfo yang baru, Bapak Hokky Situngkir, untuk membahas isu-isu penting mengenai keamanan siber dan literasi digital di Indonesia. Pertemuan ini dihadiri oleh Direktur Pemberdayaan Informatika dan beberapa perwakilan dari Siberkreasi yang menyampaikan pandangan dan harapan terkait masa depan literasi digital di Indonesia.
Hokky Situngkir menegaskan bahwa tugas yang paling penting saat ini adalah meningkatkan keamanan siber, terutama terkait insiden PDNS yang terjadi sebelumnya. Menurutnya, perlu ada peningkatan kesadaran publik mengenai pentingnya keamanan siber untuk melindungi data dan informasi pribadi dari ancaman digital.
Slamet Santoso selaku Direktur Pemberdayaan Informatika menyampaikan bahwa banyak program literasi digital yang sudah berjalan. Ia berharap program-program ini memiliki pijakan yang kuat agar dapat menyebar ke seluruh Indonesia, sehingga semua lapisan masyarakat dapat mendapatkan manfaatnya. Ia juga mengusulkan penekanan pada tiga isu utama: judi online, keamanan data/siber, dan hoaks. Ia juga menyatakan bahwa meskipun infrastruktur sudah baik, tanpa sumber daya yang memadai, hasilnya tidak akan maksimal. “Saya memohon dukungan Pak Hokky agar literasi digital lebih masif dan efektif,” ucap Direktur Pemberdayaan Informatika tersebut.
Donny BU selaku Ketua Umum Siberkreasi memperkenalkan Siberkreasi sebagai organisasi multi stakeholder yang diinisiasi pada Oktober 2017. Ia juga memperkenalkan perwakilan dari berbagai jejaring seperti RTIK, Maverick, KEB, PGRI, dan KHI. Siberkreasi menyoroti isu-isu seperti keamanan digital, judi online, pemberdayaan perempuan di dunia digital dan hoaks sebagai fokus utama organisasi.
“Sudah ada program dan microsite terkait judi online, seperti s.id/stopjudol. Kami juga berfokus pada pemberdayaan perempuan karena banyaknya kasus KBGO dan tantangan lainnya di dunia digital,” ujar Ketua Umum Siberkreasi.
Fajar Eri Dianto selaku Dewan Pengarah Siberkreasi menjelaskan bahwa dalam Siberkreasi terdapat 150 jejaring yang masing-masing memiliki fokus sendiri. Ia menekankan pentingnya koordinasi dengan organisasi hingga kementerian lain guna memperluas jangkauan program literasi digital hingga ke pelosok. “Kami belum sepenuhnya menyasar sampai ke dalam, kami butuh perpanjangan tangan dari Pak Dirjen agar bisa sampai ke pelosok,” ujar Fajar Eri.
Wicaksono selaku Dewan Pengarah Siberkreasi mengungkapkan harapannya agar kolaborasi yang sudah berjalan baik dengan Kominfo sebelumnya dapat terus dilanjutkan dan bahkan ditingkatkan. Ia optimis bahwa di bawah kepemimpinan Hokky Situngkir, kerja sama ini bisa menjadi lebih baik lagi.
Wijaya Kusumah selaku Pengurus Siberkreasi dan perwakilan dari PGRI menyoroti masalah pinjaman online yang banyak mempengaruhi guru akibat keterlambatan sertifikasi. Ia juga berbicara tentang perjuangan untuk memasukkan pelajaran informatika ke jenjang SD. “Gerakan-gerakan literasi digital seperti ini harus selalu diperjuangkan, banyak juga guru yang belum tahu mengenai keamanan data,” ungkap Wijaya.
Hokky Situngkir menambahkan bahwa banyak kasus peretasan yang dilakukan oleh orang-orang yang ingin belajar tetapi berakhir negatif. Ia menekankan pentingnya UU Perlindungan Data Pribadi (PDP) untuk memberikan payung hukum yang jelas dalam kasus keamanan siber.
Asep Kambali (Dewan Pengurus Siberkreasi) menyoroti pentingnya edukasi literasi digital sejak dini agar anak-anak memiliki pemahaman yang baik saat berhadapan dengan dunia digital. “Literasi digital kita terlalu basic. Mungkin klasifikasinya bisa kita bagi jadi basic hingga intermediate dan seterusnya,” tambah Asep.
Mira Sahid (Dewan Pengurus Siberkreasi) menutup diskusi dengan harapannya agar Siberkreasi dapat lebih intens mendorong literasi digital bagi perempuan, mengingat banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh perempuan di dunia digital, seperti KBGO dan kurangnya pengetahuan teknologi.
Pertemuan ini menunjukkan komitmen kuat dari Siberkreasi dan Dirjen Aptika untuk bekerja sama dalam meningkatkan keamanan siber dan literasi digital di Indonesia, dengan fokus pada inklusivitas dan pemberdayaan seluruh lapisan masyarakat.
(literasi digital / syfr / siberkreasi)
[ad_2]
Source link